Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto saya
i'm just an ordinary girl, start with lovely and wonderful dream to find and having a love story that never i see in movie or written in any book

Followers

my callendar

RSS

analisis kesalahan berbahasa


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional yang harus dikuasai oleh bangsa Indonesia. Bahkan Bahasa Indonesia pernah dijadikan isi sumpah pemuda yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, Bahasa Indonesia”. Kedudukannya sebagai Bahasa Nasional merupakan sarana pemersatu bangsa diatas berbagai perbedaan bahasa yang dimiliki oleh berbagai suku di Indonesia.
Namun, pada praktek pengajarannya, banyak ditemukan berbagai kesalahan berbahasa, terutama di kalangan para pelajar. Untuk itulah penulis menyusun makalah ini yang membahas tentang: Pengertian Kesalahan Berbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa dan Data tentang Kesalahan Berbahasa.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kesalahan berbahasa?
2.      Bagaimana Analisis kesalahan berbahasa?
3.      Apa saja data tentang kesalahan berbahasa?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kesalahan berbahasa.
2.      Untuk mengetahui analisis kesalahan berbahasa.
3.      Untuk mengetahui data tentang kesalahan berbahasa.


BAB II
PEMBAHASAN
1.         Pengertian Kesalahan Berbahasa
Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa. Yakni pandangan dari sudut guru dan pandangn dari sudut siswa . Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar pengajaran bahasa berhasil. Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa.
Lalu akan timbul apa yang dimaksud kesalahan berbahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini, menurut Djago Tarigan (1997:29) dapat dilihat dengan berpedoman pada semboyan “Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Dalam semboyan itu, ada dua ukuran yang dapat dijadikan dasar. Ukuran pertama berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu ialah: siapa berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur mana (lisan atau tulisan), media apa (tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, koran, dsbnya), dan dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta dan sebagainya). Sementara ukuran kedua berkaitan dengan aturan kebahassaan yang dikenal dengan istilah tatabahasa. Dengan demikian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktror-faktor penentu berkomunikasi bukanlah bahasa Indonesia yang baik. Bahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah bahasa jelas pula bukan bahasa Indonesia yang benar.
Kesimpulannya, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa. Kesalahan berbahasa itu dikaitkan dengan kaidah bahasa atau tata bahasa saja. Karena itu kesalahan berbahasa didefinisikan berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktek berbahasa.
Sementara kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum menguasai kaidah bahasa namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari mereka lupa atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat acak dan individual. Kekeliruan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran lingusitik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama dalam kekeliruan berbahasa yang diperbuat. Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Artinya, bila siswa sudah menyadari kekeliruannya , dia akan memperbaiki sendiri kekeliruan itu. Kekeliruan berbahasa sering diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak sistematis dan bersifat sementara.
2.        Analisis Kesalahan Berbahasa
Menurut Ellis (dalam Tarigan, 1990:190), Analisis Kesalahan Berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti atau guru dalam menganalisis pemakaian bahasa. Berkaitan dengan pendapat Ellis tersebut Tarigan (1990:71) menjelaskan, Analisis Kesalahan Berbahasa merupakan proses yang memiliki prosedur sebagai pedoman kerja. Prosedur ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1.      mengumpulkan data: berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya karangan, kertas ujian, ujaran, dan sebagainya;
2.      mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan misalnya: kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata, penyusunan kalimat;
3.      memperingkat kesalahan: mengurutkan kesalahan berdasar frekuensi atau keseringannya;
4.      menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar;
5.      memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kesalahan yang rawan: meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan.
6.      mengoreksi kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang tepat pula.
Data utama yang dipakai dalam analisis kesalahan berbahasa adalah wacana yang dibuat oleh pembelajar, baik secara lisan maupun tertulis. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik mengambil data mempengaruhi hasilnya baik jenis kesalahan  yang ditemukan maupun urutan unsur-unsur bahasa yang menjadi titik perhatian analisis. Oleh karena itu, dalam memilih jenis data untuk dianalisis kita perlu mempertimbangkan kemungkinan kemungkinan hasil yang akan diperoleh.
Data untuk analis kesalahan berbahasa bisa diambil dari wacana yang diproduksi oleh pembelajar tanpa alat pemancing dan pembelajar tidak tahu bahwa wacana yang dibuat olehnya akan dianalisis. Data jenis ini disebut data spontan (spontaneous data), misalnya percakapan atau pidato yang direkam atau karangan tertulis (surat, uraian tentang suatu hal, makalah, tesis, dsb.). Jenis kedua adalah data pancingan (elicitated data) yaitu data yang dikumpulkan dari subjek dengan alat pemancing seperti tes, petunjuk mengarang, dan gambar. Data jenis ini dikumpulkan atau dipancing karena sengaja akan dianalisis. Data inibisa  bervariasi. Hal ini tergantung pada jenis alat pemancingnya dan titik perhatian subjek ketika melakukan tugas.
Dari segi alat pemancingnya, ada dua jenis data kesalahan berbahasa, yaitu data tak terstruktur dan data terstruktur. Data tak terstruktur adalah data yang diperoleh dengan cara menyuruh subjek berbicara atau mengarang tanpa petunjuk yang ketat. Dalam data itu, jenis kesalahan atau frekuensi masing-masing unsur kesilapan tidak dikontrol. Kemunculannya dalam data semata-mata karena kebetulan, tidak menurut kehendak pemancing data. Dalam data terstruktur, unsur-unsur bahasa yang menjadi fokus perhatian peneliti direncanakan kemunculannya baik jenis maupun frekuensinya.
Selain itu, data dapat dibedakan berdasarkan besarnya perhatian subje terhadap bentuk (form) (Dulay dkk., 1982). Dalam data spontan, subjek tidak begitu memperhatikan bentuk wacana. Pusat perhatian subjek terletak pada isi dan pesan yang disampaikan.Demikian pula data tak terstruktur yang diambil  dengan alat pemancing walaupun mungkin tingkat perhatian subjek terhadap bentuk sedikit lebih banyak daripada dalam data spontan. Data seperti ini diambil dengan tugas komunikasi alami (natural communication task). Dalam data yang diperoleh dengan alat pemancing yang disertai kontrol ketat terhadap unsur-unsur bahasa yang menjadi titik perhatian peneliti. Alat pemancing bisa  berupa terjemahan, atau isian dan penyempurnaan kalimat. Alat pemancing itu mendorong subjek cenderung memberikan perhatian yang banyak terhadap bentuk bahasa. Data seperti ini dikumpulkan dengan tugas manipulasi linguistik (linguistik manipulation task). Jenis tugas yang dikerjakan oleh subjek dalam pengumpulan data ini mempengaruhi jenis dan frekuensi kesilapan. Data yang dikumpulkan secara bebas (data spontan atau data tak terstruktur) memberi kesempatab banyak kepada subjek untuk menghindari kesalahan. Subjek dapat mengatakan dengan cara lain bila ditemukan keraguan terhadap suatu bentuk sehingga frekuensi kesalahan bisa berkurang. Sebaliknya, data yang dikumpulkan dengan alat pemancing, terlebih-lebih yang ketat kontrolnya, subjek tidak  bisa lagi menghindari  bentuk yang meragukan. Oleh karena itu, subjek sering melakukan kesalahan.


3.        Data Tentang Kesalahan Berbahasa
Berikut ini adalah beberapa data yang diperoleh mengenai kesalahan berbahasa baik dalam lisan maupun tulisan yang sering dilakukan oleh pengguna Bahasa Indonesia yang tentunya mempunyai pengaruh yang cukup erat terhadap komunikasi yang terjadi :
a.    Kesalahan dalam penggunaan kata ganti orang
Pekerjaanmu yang telah tertunda itu, seharusnya diselesaikan segera.
Dengan melihat kata pekerjaanmu tentunya kalimat tersebut ditunjukkan kepada orang kedua atau lawan berbicara. Karena itu kata kerja berikutnya, mestinya bukan diselesaikan, melainkan kau selesaikan.
b.   Kesalahan dalam penggunaan kalimat untuk menyingkat waktu.
Untuk menyingkat waktu, pemotongan tumpeng akan segera dilakukan.
Waktu tidak dapat disingkat, jadi kalimat tersebut kurang tepat.
Kalimat yang tepat adalah Untuk menghemat waktu, pemotongan tumpeng akan segera dilakukan.
c.    Kesalahan dalam penggunaan sebelum dan sesudahnya.
Sebelum dan sesudahnya, saya sampaikan terima kasih.
Kalimat di atas masih kurang jelas maksudnya, Sebelum dan sesudah apa?
Kalimat yang tepat adalah Terlebih dulu saya sampaikan terima kasih atau Sebelumnya, saya sampaikan terima kasih.
d.   Kesalahan dalam penggunaan atas perhatiannya.
Atas perhatiannya, disampaikan terima kasih.
Kalimat tersebut ditujukan kepada seseorang yang diajak bicara, agar lebih jelas dalam penyampaiannya, maka kalimat yang tepat adalah Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.
e.    Kesalahan dalam penggunaan waktu dan tempat dipersilahkan.
Kalimat ini sering sekali dipakai orang, padahal kalimat tersebut salah.
Siapa yang dipersilakan?tentu saja bukan waktu dan tempat, melainkan orangnya. Karena itu, mestinya kalimat tersebut kita ubah:
Bapak atau Saudara............saya persilakan.(isilah titik-titik terwsebut dengan nama orang atau pejabat yang akan memberi sambutan).
f.     Kesalahan dalam penggunaan penghormatan.
Atas kerawuhan Bapak-bapak, saya haturkan terima kasih.
Maksud pembuat kalimat tersebut untuk menghormat lawan bicara. Tetapi tidak disadarinya, bahwa kalimat yang dibuatnya tersebut bukanlah kalimat bahasa Indonesia. Salah satu sifat bahasa Indonesia ialah demokratis; karenanya tidak dikenal kata-kata khusus untuk golongan-golongan tertentu seperti bahasa Jawa. Sudah cukup hormat dan betul, jika dikatakan: atas kedatangan Bapak-bapak, saya ucapkan terima kasih.
Beberapa kata hormat dari bahasa Jawa yang sering dipakai orang antara lain: kondur, dahar, jumeneng, tindak, dan tapak asma. Kata-kata tersebut sehsarusnya kita ganti: pulang, makan, berdiri, pergi, dan tanda tangan.
g.    Kesalahan dalam penulisan Ejaan
-   Penggunaan kata depan “di”
Tutut berjalan dibawah kerindangan pohon kamboja.
Pada data di atas tampak kesalahan penulisan kata depan ‘di’. Kalimat di atas menerapkan kaidah penulisan kata depan ‘di’ sebagai awalan ‘di’ sehingga penulisan kata depan ‘di’ yang seharusnya dipisah tetapi ditulis serangkai dengan kata yang diikuti. Perbaikan kesalahan penulisan kata-kata di atas adalah sebagai berikut ini.
Tutut berjalan di bawah kerindangan pohon kamboja.
-   Penggunaan  tanda koma (,)
Pada sore hari adik bermain boala di lapangan,dengan riang
Penggunaan tanda koma pada data di atas salah karena tanda koma tersebut ditujukan  untuk memisahkan anak kalimat yang terletak setelah induk kalimat. Dalam kaidahnya, tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat jika anak kalimat itu terletak sesudah induk kalimat. Oleh karena itu, pada kalimat-kalimat di atas tanda koma harus dihilangkan.
Perbaikan kesalahan pemakaian tanda pada data di atas sebagai berikut.
Pada sore hari adik bermain bola di lapanga dengan riang
-   Penggunaan  Tanda Titik (.)
Pedagang menggelar dagangannya dengan berbagai variasi menarik. Sehingga para pembeli tertarik untuk membeli dagangan mereka.
Pada data di atas tampak kesalahan pemakaian tanda titik, karena tanda titik itu untuk mengakhiri kalimat yang belum lengkap. Sedangkan kalimat berikutnya merupakan bagian keterangannya itu. Kedua kalimat itu sebenarnya berkedudukan sebagai anak kalimat dan induk kalimat. Oleh karena itu, tanda titik itu harus dihilangkan. Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah sebagai berikut ini.
Pedagang menggelar dagangannya dengan berbagai variasi menarik seehingga para pembeli tertarik untuk membeli dagangan mereka.
h.    Kesalahan dalam Penyusunan Kalimat
-   Kesatuan Gagasan Kabur
Salak yang ditanam adalah salak pondoh, salak yang mempunyai buah yang manis dan membuat ketagihan para konsumen.
Kalimat-kalimat pada di atas tidak memiliki kesatuan gagasan. Gagasan yang dikandungnya menjadi kabur karena mengubah gagasan dari satu gagasan ke gagasan yang lain sebelum satu gagasan selesai ditulis, bahkan gagasan-gagasan itu tidak berhubungan. Kesatuan gagasan dalam sebuah kalimat sebenarnya tidak berarti hanya ada satu gagasan dalam satu kalimat tetapi bisa terdiri atas dua gagasan atau lebih asalkan saling berhubung.
Kalimat-kalimat yang tidak memiliki kesatuan gagasan di atas dapat diperbaiki sebagai berikut ini.
Salak yang ditanam adalah salak pondoh. Salak ini mempunyai rasa yang manis sehingga bisa membuat ketagihan para konsumen.
-   Kalimat Tidak Logis
Mereka mencari batu-batu di sungai itu dan kemudian dijual dan diangkut dengan truk dan harganya tiap truk adalah sekitar Rp 30.000.
Logika merupakan jalan pikiran yang berusaha menghubung-hubungkan pernyataan-pernyataan menuju kesimpulan masuk akal. Untuk hal ini kalimat-kalimat harus ditulis secara logis. Pada data di atas menunjukkan kalmat-kalimat yang disusun sulit dipahami dan sulit diterima akal.
Perbaikan kalimat tidak logis di atas adalah sebagai berikut.
Mereka mencari batu-batu di sungai itu kemudian diangkut dengan truk untuk dijual. Harga batu tiap truk sekitar Rp 30.000.
i.      Kesalahan dalam Penataan Paragraf
-   Paragraf  berisi lebih dari satu pikiran pokok
Resiko yang dihadapi para penambang pasir cukup besar mereka harus hati-hati pada saat menaikkan pasir ke atas truk. Kalau tidak, kaki mereka akan tertimpa batu yang terjatuh dari truk. Apalagi kalau aktivitas gunung Semeru sedang meningkat dan hujan turun, para penambang tidak berani menambang pasir karena sungai banjir.
Pada contoh data di atas terdapat dua ide pokok, padahal dalam sebuah paragraf cukup ada satu ide pokok. Jika dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu ide pokok maka sebaiknya paragraf itu dipecah sesuai dengan ide pokok yang ada. Paragraf-paragraf di atas dapat diperbaiki sebagai berikut ini.
 Resiko yang dihadapi para penambang pasir cukup besar mereka harus hati-hati pada saat menaikkan pasir ke atas truk. Kalau tidak, kaki mereka akan tertimpa batu yang terjatuh dari truk.
Selain itu, pada saat aktivitas gunung Semeru sedang meningkat dan hujan turun, para penambang pun tidak berani menambang pasir karena sungai banjir.
-    Paragraf Tidak Utuh
Kalau keadaannya sudah begitu para penambang pasir hanya berdiam diri dan menganggur. Setelah banjir berhenti biasanya pasir dan batu yang mereka kumpulkan ikut hanyut dan jalannya truk untuk mengangkut pasir dan batu juga akan rusak. Para penambang pasir pun bergotong royong untuk membetulkan jalan agar bisa di lewati truk. Setelah selesai mereka pun menambang pasir dan batu kembali
Untuk membentuk satu pokok pikiran dalam sebuah paragraf diperlukan penanda kepaduan antar kalimat. Bila hal itu diabaikan, paragraf akan terasa melompat-lompat atau sukar dipahami jalan pikirannya. Hal inilah tampak pada contoh data di atas. Pemakaian tanda koherensi berupa kata transisi dan konjungsi kurang tepat sehingga paragraf pun tidak padu.
Paragraf-paragraf di atas dapat diperbaiki sebagai berikut ini.
Kalau keadaan sudah begitu, para penambang pasir hanya berdiam diri dan menganggur. Saat sungai banjir pasir dan batu yang mereka kumpulkan hanyut. Jalan tempat truk melintas saat mengangkut pasir dan batu juga rusak. Para penambang pasir pun bergotong royong membetulkan jalan agar bisa di lintasi truk. Setelah banjir reda mereka pun kembali menambang pasir dan batu.
-   Paragraf Tidak Logis
Ketika senja mulai nampak di ufuk timur dan ayam-ayam mulai berkokok merdu dengan diiringi kicauan burung pagi. Tanaman hijau meneteskan embun pagi yang sejuk dan angin yang berhembus dengan sepoi-sepoi yang membuat udara menusuk kulit. Ketika matahari mulai nampak di langit yang luas hangatnya mulai membangkitkan semangat untuk beraktifitas.
Berdasarkan contoh data di atas terlihat paragraf yang tidak logis. Pertalian kalimat menuju pada suatu pengertian tidak sampai pada kebenaran logika. Senja diufuk timur? Bisakah angin yang berhembus sepoi-sepoi membuat udara menusuk kulit? Seharusnya adalah ‘matahari terbit di ufuk timur’. Sedangkan yang bisa membuat udara semakin dingin adalah angin pegunungan di pagi hari bukan angin sepoi-sepoi yang menyegarkan.
Perbaikan paragraf-paragaraf di atas adalah sebagai berikut.
Ketika matahari terbit di ufuk timur ayam-ayam mulai berkokok merdu dengan diiringi kicauan burung pagi. Tanaman hijau meneteskan embun pagi yang sejuk. Angin pegunungan pagi yang berhembus membuat udara dingin menusuk kulit. Perlahan matahari mulai merangkak di langit luas sinarnya yang hangat mulai membangkitkan semangat untuk beraktivitas.
 Data-data tersebut menyimpang dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi yaitu: siapa berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur mana (lisan atau tulisan), media apa (tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, koran, dsbnya), dan dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta dan sebagainya). Sementara ukuran kedua berkaitan dengan aturan kebahassaan yang dikenal dengan istilah tatabahasa. Dengan demikian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi bukanlah bahasa Indonesia yang baik. Bahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah bahasa jelas pula bukan bahasa Indonesia yang benar. Untuk itulah data yang disajikan disusun beserta pembenarannya agar tidak terjadi ktimpangan dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan.











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari dia sering membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa.Sementara kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum menguasai kaidah bahasa namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari mereka lupa atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat acak dan individual. Kekeliruan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran lingusitik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama dalam kekeliruan berbahasa yang diperbuat. Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Artinya, bila siswa sudah menyadari kekeliruannya , dia akan memperbaiki sendiri kekeliruan itu. Kekeliruan berbahasa sering diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya individual, tidak sistematis dan bersifat sementara.














DAFTAR PUSTAKA
http://massoda.wordpress.com./2008/08/27/permasalahan dalam analisis kesalahan berbahasa dan analisis kontrasif/





















ANALISIS PENGARUH KESALAHAN BERBAHASA  TERHADAP KOMUNIKASI DARI DATA KESALAHAN YANG DITEMUKAN

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
iain hiTAM PUTIH_1Analisis Kesalahan Berbahasa



         


Disusun Oleh :
Ayu Metta Silviana Devi   D07208056
Endang Yuliati                  D77208064
Aliyah Ilmiyaturriza          D07208074

Dosen Pembimbing :
Jauharoti Alfin, S.Pd. M.Si

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2010

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil’alamin,
 Kami mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya,sehinga pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan cukup baik tanpa suatu kendala apapun. Shalawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, karena beliau yang telah mampu mengantarkan kita menuju jalan terang yakni agama Islam. Sehingga memberikan bekal kepada pemakalah dalam penyelesaian makalah ini.
Ucapan terima kasih kepada Dosen pembina mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia, yang telah membimbing pemakalah dalam penulisan makalah ini. Terima kasih juga kepada teman-teman dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu dengan hati terbuka, pemakalah bersedia menerima kritik, saran, maupun pendapat yang bersifat memperbaiki dan menyempurnakan dari pembaca sekalian. Sehingga dapat menjadi bahan penyempurnaan dalam penulisan tugas makalah selanjutnya.
Pemakalah berharap dengan terselesaikannya penulisan makalah ini, selanjutnya dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Pemakalah juga berharap semoga Allah SWT menambah berkat dan rahmat-Nya pada kita semua.


Surabaya, 11 November 2010


Penulis







 


ii
 

DAFTAR ISI



Halaman Judul ........................................................................................................     i
Kata Pengantar ......................................................................................................    ii
Daftar Isi ................................................................................................................    iii

BAB I  PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C.     Tujuan........................................................................................................ 1

BAB II  PEMBAHASAN
1.      Pengertian Kesalahan Berbahasa........................................................... .. 2               
2.      Analisis Kesalahan Berbahasa............................................................... .. 6               
3.      Data tentang Kesalahan Berbahasa........................................................ 12

BAB III  PENUTUP
    Kesimpulan  ................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA






iii
 


ii
 
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar